17.35.00
3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Islam merupakan suatu aturan yang dibangun dengan lima dasar, yaitu terdiri dari syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Kelima dasar atau rukun Islam ini merupakan penopang kokohnya agama. Agama (Al-din) menurut bahasa adalah ketaatan, peribadatan, pembalasan, dan perhitungan. Sedangkan pengertian agama menurut syariat adalah apa-apa yang disyariatkan oleh Allah yang berupa hukum-hukum atas Nabi-Nya. Dengan demikian perlu adanya perhitungan dalam melakukan peribadatan sehingga dapat dikategorikan sebagai ketaatan kepada Allah.
Perhitungan itu dimulai dari niat, karena dengan niat yang baik akan membawa pengaruh pada apa yang dikerjakannya itu. Karena pada dasarnya setiap pekerjaan, baik yang bersifat duniawi maupun yang bersifat ukhrawi (ibadah) harus disertai dengan niat yaitu ikhlas karena patuh pada Allah. Perbuatan, pekerjaan, dan peribadatan seseorang tidak dapat dikatakan baik apabila melakukannya disertai dengan riya, sebab tujuan dari riya adalah mengharapkan pujian dari makhluk sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pengabdian atau peribadatan pada Allah. Karena sesungguhnya bentuk peribadatan dan perbuatan seseorang dapat dikategorikan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah apabila disertai dengan niat yang ikhlas.
Rasulullah saw. bersabda bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, yang apabila ia baik, maka baik semuanya, dan sebaliknya apabila ia hina maka hinalah semuanya. Segumpal daging itu adalah hati. Oleh sebab itu, untuk mencapai pada kesempurnaan ibadah diwajibkan bagi hamba untuk memperhatikan kelayakan hatinya untuk menghadap Allah yang Maha Esa.
Hati adalah segumpal darah yang karenanya dapat membawa manusia pada kemuliaan atau pun sebaliknya dapat membawa manusia pada kehancuran. Karena pada dasarnya hati adalah hakekatnya manusia, dan makna dari hati (qalb) itu sendiri adalah berubah, sehingga dapat dikatakan bahwa hakekat manusia adalah selalu berubah. Hal ini dibuktikan pada keimanan seseorang, terkadang iman itu bertambah dan terkadang selalu menurun, naik turunnya keimanan seseorang disebabkan oleh keterpengaruhan hati pada berbagai godaan.
Ketaatan seorang hamba kepada Allah swt. dapat meningkatkan kualitas keimanannya, ketaatan itu direalisasikan dengan ibadah yaitu menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya (menjalankan fardhu dan sunnah). Realisasi ini adalah bentuk implementasi dari ikrar manusia terhadap ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad saw., yaitu dengan pengucapan kalimat syahadat, karena kalimat syahadatlah para nabi diutus dan kitab-kitab suci diturunkan.
Perhatian Al-quran terhadap kalimat syahadat pun sangat besar yaitu terbukti dengan munculnya ayat-ayat tauhid pada permulaan Islam, sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa syahadat yang merupakan salah satu dari kelima rukun Islam tersebut merupakan ilmu yang seharusnya dipelajari terlebih dahulu oleh seorang muslim, baik itu keilmuannya, i'tiqad/keyakinannya, maupun pengucapannya, karena syahadat merupakan inti dari semua bentuk keimanan dan peribadatan kepada Allah.
Syahadat mengandung makna ikrar akan keimanan kepada Allah dan kepada Nabi-Nya Muhammad saw. sehingga untuk melakukan segala bentuk peribadatan harus dimulai dengan syahadat. Syahadat merupakan pintu masuknya seorang mukallaf dalam Islam, sehingga untuk dapat diterimanya ketaatan dan peribadatan oleh Allah maka mukallaf harus bersyahadat (berikrar) bahwa tiada tuhan melainkan Allah yang Maha Esa, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Oleh sebab itu perlu didahulukannya syahadat dari semua bentuk peribadatan, karena syahadat merupakan syarat sahnya amalan sesudahnya yaitu shalat, zakat, puasa, haji, dan yang lainnya.
Syahadat merupakan ilmu dan keyakinan yang di dalamnya terkandung seluruh ilmu baik itu yang alamiyah maupun yang ilmiyah semuanya bersumber pada dua kalimat syahadat, sehingga sangatlah penting mempelajari syahadat baik itu bagi orang kafir maupun bagi orang-orang Islam, karena dengan mempelajari syahadat dapat menghilangkan berbagai macam penyakit hati dan kemusyrikan yang akan menghalangi manusia dari ma'rifat billah.
Tujuan
Mempelajari syahadat merupakan hal yang utama, karena syahadat meliputi ketauhidan, sedangkan datangnya syetan lebih banyak melalui pintu ketauhidan. Dengan cara menyampaikan dan menjelaskan syahadat secara tertulis ini diharapkan dapat memperkokoh ketauhidan dan ketaatan penulis dan para pembaca sekalian.
Dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang implementasi syahadat dalam kehidupan, tema ini diambil karena seluruh ilmu terdapat dan termuat dalam dua kalimat syahadat, sehingga diharapkan syahadat itu dapat direalisasikan oleh para ilmuan, pekerja, dan para pejabat dalam menjalankan tugasnya. Sehingga menjadi hamba yang diridhai-Nya dengan tetap menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai hamba ditengah-tengah kesibukannya, sebab iman seseorang dapat tetap terpelihara melalui pelaksanaan amal soleh atau ibadah.
Para intelektual muslim membagi ajaran Islam kepada dua bagian, yaitu Aqidah dan Syari'at. Aqidah diekspresikan dengan iman, dan syari'at diekspresikan dengan amal soleh. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-quran surat Al-Kahfi ayat 107.
ان الذين آمنوا وعملوا الصالحات كانت لهم جنات الفردوس نزلا (الكهف\18 : 107)
"Sungguh orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka disediakan surga firdaus sebagai tempat tinggal" (Qs. Al-Kahfi/18:107).
Sedangkan dalam pengertian yang lain, aqidah itu merupakan interpretasi dari syahadat tauhid dan syari'at itu merupakan interpretasi dari syahadat rasul oleh sebab itu diangkatnya pembahasan mengenai syahadat yang diharapkan dapat menjadi wasilah bertambahnya keimanan dan ketaatan penulis dan para pembaca dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.



Tahapan Penulisan
Di dalam karya tulis ini penulis akan mencoba mengkaji syahadat melalui implementasinya dalam berinteraksi dengan Tuhan, yaitu melalui tanda-tanda kebesaran serta keagungan ciptaan-Nya dan berupa suri tauladan Rasulullah dalam interaksi sosial.
Secara umum karya tulis ilmiyah ini penulis membaginya kedalam tiga bab yaitu bab pertama sebagai pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, serta tahapan penulisan. Bab kedua sebagai intisari pembahasan berisi tentang arti syahadat, makna syahadat, kedudukan syahadat, interpretasi syahadat, dan implementasi/aktualisasinya dalam berinteraksi dengan Tuhan dan makhluk-Nya, serta keutamaan istiqamah syahadat. Dan bab ketiga merupakan penutup yang berisi kesimpulan serta saran dan harapan.











BAB II
SYAHADAT SEBAGAI INTISARI AQIDAH ISLAM

Arti Syahadat
Syahadat dalam artian bahasa adalah persaksian atau menyaksikan seperti halnya menyaksikannya mata atas sesuatu, artinya yaitu menyaksikan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah dengan direalisasikan dalam bentuk Ihsan. Dalam pengertian yang lain syahadat dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang tentang kebenaran kepada orang lain, artinya syahadat bukanlah hanya sekedar kesaksian yang diucapkan oleh lisan saja, melainkan harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik berupa dakwah billisan maupun dakwah bilhal. Sedangkan menurut istilah syahadat adalah mengakui dengan lisan yang disertai dengan tunduk atau patuhnya hati bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, artinya syahadat itu tidaklah cukup hanya diucapkan/mengakui saja, tetapi harus direalisasikan dengan bentuk peribadatan kepada Allah. Karena dengan pengertian syahadat yang hanya dibatasi pada pengucapan lisan saja dapat menimbulkan interpretasi bahwa orang munafik adalah orang yang bersyahadat, sedangkan sifat dari munafik adalah ucapannya berbeda dengan kata hatinya atau keyakinannya.
Pengertian syahadat secara istilah (terminology) ini memberikan definisi keimanan yang sebenarnya yaitu memberikan kebenaran dan kesaksian yang tidak hanya dalam bentuk kalimat yang diucapkan dengan lisan saja, tetapi harus menjadi keyakinan yang dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan anggota badan, sehingga syahadat dapat didefinisikan sebagai bentuk konkrit dari keimanan karena syahadat mengandung enam pilar utama dari rukun iman serta realisasinya. Syahadat tauhid mengandung makna kesempurnaan Aqidah atau keimanan kepada Allah, sedangkan syahadat rasul mengandung kebenaran keimanan kepada para malaikat, kitab-kitab Allah, para utusan-Nya, dan keimanan pada hari akhir serta berlakunya hukum-hukum syara' bagi mukallaf, dengan demikian dapat dikatakan bahwa syahadat adalah bentuk dan konsep keimanan atau iman.
Nabi Muhammad saw. mendefinisikan kata iman dengan sabdanya yang diriwayatkan oleh Siti A'isyah ra. Bahwa iman adalah sebuah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan aktivitas dengan anggota badan. Jadi iman meliputi pengakuan, pengucapan, dan perbuatan mukallaf yang mengandung kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dan tempatnya iman adalah di dalam hati yang direalisasikan dalam perkataan dan perbuatan, dengan demikian dapat didefinisikan bahwa iman merupakan bentuk kepatuhan hati pada apa yang diyakininya, tanpa adanya kesesuaian antara hati dan lisan maka dapat dikategorikan bahwa iman/syahadatnya tidak sempurna.
Makna Syahadat
Syahadat memiliki posisi yang sangat penting dalam Islam, karena dengan syahadat dapat mendapatkan kenikmatan yang abadi baik didunia maupun diakhirat. Syahadat memiliki dua pilar utama dalam ilmu ke-Islam-an yaitu keimanan/ketauhidan dan peribadatan/ibadah. Sehingga syahadat memiliki makna yang besar bagi para nabi dan ulama dalam perjuangan dakwahnya karena syahadat sebagai dasar utama yang diperjuangkannya.
Sebagai rukun Islam pertama syahadat merupakan pintu masuknya Islam, dan karenanya dibebankan kewajiban-kewajiban pada mukallaf. Sehingga untuk dapat mengamalkan syahadat tersebut perlu mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, karena pemahaman muslim terrhadap syahadat akan membawa pada perubahan-perubahan individu maupun masyarakat yang sangat besar.
Kalimat syahadat merupakan kalimat yang tidak asing lagi dikalangan ummat islam, namun demikian sejauh manakah makna syahadat ini dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ummat Islam. Sehingga sangatlah penting memahami makna syahadat sebagai upaya untuk memahami kandungan dua kalimat syahadat tersebut. Ditinjau dari makna syara'nya, syahadat memiliki beberapa makna yaitu;
1. A'lamu (Mengetahui), yaitu mengetahui dan memahami tentang makna yang terkandung dalam kalimat syahadat yaitu ketuhanan Allah swt. dan kerasulan Muhammad saw. melalui dalil-dalil ijmalnya, seperti dengan cara mempelajari ilmu tauhid atau ilmu aqa'id/akidah. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Abu Ishak Al-Asfaraini bahwa kandungan ilmu tauhid terdapat dalam dua kalimat syahadat, sehingga langkah pertama dalam mempelajari syahadat adalah dengan mempelajari ilmu tauhid yaitu tentang keesaan Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam Al-quran;
فاعلم انه لااله إلاالله (محمد\47 : 19)
"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah". (Qs. Muhammad/47:19)
Pengetahuan tentang syahadat wajib dimiliki oleh seseorang yang bersyahadat, dia wajib memahami makna dari yang diucapkannya dengan menerima segala konsekuensinya, yaitu beribadah kepada Allah swt.
2. A'taqidu (Menekadkan), yaitu menekadkan dalam hati bahwa tiada tuhan selain Allah swt. dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah dengan tanpa adanya sedikit pun keragu-raguan maupun kebimbangan terhadap yang diucapkan dan diyakininya itu, karena sesungguhnya orang-orang yang beriman tidaklah memiliki keragu-raguan dan mereka pun mampu mengorbankan dirinya untuk membela agama Allah terutama dalam menjalankan ibadah. Hal ini diungkapkan oleh Allah dengan firman-Nya di dalam Al-quran.
إنما المؤمنون الذين امنوا بالله ورسوله ثم لم يرتابوا وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم فى سبيل الله اولئك هم الصادقون (الحجرات\49 : 15)
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya dijalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar" (Qs. Al-Hujurat/49:15).
Ayat ini memberikan penjelasan bahwa orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya mampu mengorbankan dirinya dan hartanya demi kokohnya agama Allah.
3. Amanu (Mengimani), yaitu menerima dan patuh pada ajaran dan tuntunan apapun yang datang dari Allah yaitu berupa interpretasi dari kalimat syahadat, karena interpretasi dari kalimat syahadat adalah berupa keimanan dan syariat. Artinya bahwa orang yang beriman adalah orang yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas dan atas dasar mencari ridha Allah.
ومن يسلم وجهه إلى الله وهو محسن فقد استمسك بالعروة الوثقى وإلى الله عاقبة الأمور (لقمان\31 : 22)
"Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan" (Qs. Luqman/31:22).
4. Ushaddiqu (Membenarkan), yaitu membenarkan tentang ketuhanan Allah swt. dan kerasulan Muhammad saw. tanpa adanya dusta, artinya lidahnya harus sesuai dengan hatinya, yaitu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan realisasi dalam kehidupannya berupa ibadah.
Membenarkan syahadat menuntut adanya ketundukan dan pengakuan akan hak-haknya, yaitu syariat Islam yang merupakan penjabaran dari syahadat.
والذين آمنوا بالله ورسله اولئك هم الصديقون (الحديد\57 : 19)
"Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien" (Qs. Al-Hadid/57:19).
5. Ubayyinu (Menjelaskan), yaitu menjelaskan kepada orang lain tentang keyakinannya (da’wah) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Hal ini sesuai dengan konsep dakwah para nabi yaitu memperjuangkan kalimat tauhid/keesaan Allah. Artinya muslim yang telah bersyahadat memiliki kewajiban untuk berdakwah dengan menyampaikan keyakinannya kepada ummat manusia, karena pada prinsipnya syahadat adalah meng-khabar-kan atau memberitakan tentang apa-apa yang diakui dan diyakininya dengan hati atau pun dengan lisan.
Di dalam Al-quran dijelaskan tentang perintah menyampaikan ayat-ayat Allah yaitu terdapat pada Ayat berikut;
ولايصدنك عن آيات الله بعد إذ أنزلت إليك وادع إلى ربك ولا تكونن من المشركين (القصص\28 : 87)
"Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan" (Qs. Al Qashash/28:87).
Ditinjau dari kandungan makna kalimat/lafadznya, syahadat memiliki empat makna yaitu
1. Syahadat memiliki makna melihat, yaitu melihat dengan mata kepala. Hal ini terdapat contohnya dalam Al-quran sebagai berikut;
يشهده المقربون (المطففين\83 : 21)
"yang disaksikan oleh (malaikat-malaikat) yang didekatkan (kepada Allah)" (Qs. Al-Muthaffifin/83:21)
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa syahadat itu dapat diartikan sebagai Musyahadah, yaitu melihat Allah dengan tanda kebesarannya melalui ilmu tauhid dan Haqiqat Al-Yaqin.
2. Ikrar (iqrar) adalah suatu pernyataan seseorang mengenai apa yang diyakininya, artinya syahadat merupakan suatu ikrar keimanan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dengan ikrar tersebut, maka sudah menjadi kewajiban mukallaf untuk menjalankan apa-apa yang disampaikan oleh Allah dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya berupa hukum-hukum syara', karena pengikraran syahadat merupakan awal ditetapkannya hukum syara' pada mukallaf. Makna ini terdapat dalam sebuah ayat Al-quran yang berbunyi sebagai berikut;
شهد الله أنه لااله إلا هو والملائكة واولوا العلم قائما بالقسطقلى لاإله إلا هو العزيز الحكيم (ال عمران\3 : 18)
"Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Qs. Ali Imron/3:18).
3. Mengutarakan dengan kesaksian/keterangan yang berkenaan dengan sesuatu. Hal ini terdapat contahnya di dalam Al-quran sebagai berikut;
واشهدوا ذوى عدل منكم واقيموا الشهادة لله (الطلق\65 : 2)
"Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah" (Qs. Al-Thalaq/65:2).
Syahadat dalam artian ini mengandung makna bahwa mukallaf yang telah bersyahadat telah disaksikan oleh Allah dan Rasul-Nya, sehingga kesaksian tersebut menjadi pengawas dalam setiap kegiatannya.
4. Syahadat mengandung arti atau makna sumpah, artinya pengucapan dua kalimat syahadat tersebut merupakan sumpah setia seorang hamba kepada tuhannya untuk tetap menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Mengenai syahadat yang memiliki makna sumpah ini terdapat contohnya dalam Al-quran sebagai berikut;
إذا جاءك المنافقون قالوا نشهد إنك لرسول اللهم والله يعلم إنك لرسولهقلى والله يشهد إن المنافقين لكاذبون (المنافقون\63 : 1)
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata: kami mengakui bahwa engkau adalah Rosul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta" (Qs. Al-Munafiqun/63:1).

Kedudukan Syahadat
Imam Subki berkata bahwa Islam adalah amal/perbuatannya anggota badan dalam bentuk peribadatan, dan tidak sah Islam seseorang kecuali disertai dengan iman. Sedangkan tidak sah pula iman seseorang tanpa adanya pelafadzan dua kalimat syahadat sehingga syahadat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, hal inipun dibuktikan dengan beberapa hadits yang menjelaskan tentang Islam dan selalu didahului dengan syahadat (sebagai rukun Islam pertama) seperti bunyi hadits berikut;
بني الإسلام على خمس شهادة ان لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان (رواه البخارى ومسلم)
"Islam dibangun diatas lima, yaitu; Bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, haji ke baitullah, dan puasa ramadhan" (HR. Buchari Muslim).
Syahadat dalam pandangan Al-quran setidaknya ada empat hal penting yang berkaitan dengan kedudukan syahadat tersebut, yaitu;
1. Syahadat sebagai pintu masuk agama Islam, hal ini ditegaskan dalam beberapa referensi bahwa disyaratkan mengucapkan dua kalimat syahadat bagi seseorang yang hendak masuk Islam. Ikrar ini untuk mengingatkan kembali atas janji manusia dialam arwah seperti yang dijelaskan dalam Al-quran surat Al-A'raf ayat 172.
2. Syahadat sebagai intisari ajaran Islam, karena di dalam syahadat tersebut mengandung ketauhidan, sedangkan ketauhidan merupakan inti dari ajaran agama Islam. Hal ini didasarkan pada aturan yang dibawa oleh Rasulullah, beliau mengajarkan Islam pada permulaannya adalah ketauhidan.
3. Syahadat sebagai dasar perubahan, karena perubahan seorang muslim kepada yang lebih baik adalah disebabkan pada konsekuensinya terhadap ikrar kesaksiannya pada Allah dan Rasul-Nya.
4. Syahadat sebagai misi dan hakikat dakwah para Rasul, karena tujuan utama diutusnya para Rasul adalah untuk menegakkan kalimat tauhid serta mengingatkan manusia pada janjinya sewaktu dialam arwah.
Sebagai salah satu dari rukun Islam, tentunya syahadat memiliki syarat, rukun, dan batal seperti halnya rukun Islam yang lainnya.
A. Syarat Syahadat
Syarat syahadat adalah sesuatu yang harus selalu ada dan menyertainya. Dengan tanpa keberadaannya, maka syahadat itu menjadi tidak sempurna. Syarat syahadat tersebut terdiri dari:
1. Membacanya dengan berturut-turut (Mutawalliyatain) yaitu antara syahadat tauhid dan syahadat rasul harus saling berkesinambungan, artinya tidak diselang dengan kalimat yang lainnya kecuali dengan wawu athaf. Maksud dari adanya ittishal antara syahadat tauhid dan syahadat rasul ini adalah untuk menolak adanya angan-angan, hayalan atau wahm.
2. Membacanya harus tertib (Murattabatain). Yaitu dengan didahuluinya syahadat tauhid daripada syahadat rasul, karena iman kepada Allah itu lebih didahulukan dan barulah beriman atas kerasulan Muhammad saw. begitupun keimanan atas keduanya (Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul) harus tertanam dalam hati seorang mukallaf yang melafadzkan kedua kalimat tersebut. Sehingga tidak dapat dikatakan Islam apabila seorang mukallaf hanya menyaksikan tentang ketuhanan Allah saja tanpa diserta dengan keimanan kepada kerasulan Muhammad saw., demikian pun sebaliknya tidak sah iman seseorang atas kerasulan Muhammad tanpa disertai atas keimanan kepada Allah.
3. Membaca syahadat harus berbahasa arab dengan lafadz "Asyhadu". Penggunaan lafadz ini memiliki makna tersendiri seperti yang dipaparkan pada paragraf diatas tentang makna syahadat menurut lafadznya. Berbeda dengan lafadz yang lainnya, seperti dengan lafadz "uqirru" yang hanya memiliki makna aku mengakui dan dengan lafadz "u'linu" yang hanya memiliki makna aku memproklamirkan, sedangkan lafadz "Asyhadu" memiliki makna yang komplek dan lengkap.
4. Mengetahui arti atau maknanya (Fahmu Ma'na) . Seseorang yang bersyahadat harus mengetahui apa yang diucapkannya serta bersedia menerima konsekuensi dari ucapannya. Orang yang tidak mengerti arti atau makna dari dua kalimat syahadat tidak mungkin dapat mengamalkannya, karena tidak mungkin seseorang dapat mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui atau tidak dipahaminya.
Dengan demikian sangatlah penting mengetahui arti atau maknanya syahadat walau pun hanya sebatas makna ijmal saja, yaitu bahwa Tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah yang Maha Esa dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
B. Rukun Syahadat
Disamping memiliki syarat, syahadat juga memiliki rukun yaitu yang terdiri dari lima rukun sebagai berikut;
1. Syahid (orang yang bersaksi) yaitu orang Islam.
2. Masyhud lah (yang disaksikan) yaitu Alah swt. dan Rasul-Nya.
3. Masyhud Alaih (yang bersaksi) yaitu orang musyrik dan ingkar kepada kerasulan Muhammad saw.
4. Masyhud Bih (perkara yang disaksikan) yaitu ketuhanan dan ke-esa-an Alah swt, serta kerasulan Nabi Muhammad saw.
5. Shighat (perkataan) yaitu mengucapkan syahadat dengan lafadz "Asyhadu" atau artinya, dan tidak dapat digantikan dengan kata muradif-nya.
Pelaksanaan dari rukun syahadat diatas dilakukan oleh seorang mukallaf yang musyrik atau ingkar dengan kerasulan Muhammad saw., yaitu dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yang disaksikan oleh seorang Muslim. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa dengan tanpa adanya pelafalan/ikrar yang disaksikan oleh seorang muslim, maka menurut syara' orang tersebut belum dapat dikategorikan sebagai seorang muslim. Tetapi menurut pandangan Jumhur, mukallaf yang telah beriman hatinya pada ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad saw., dan tidak mengucapkan/melafalkan syahadat dengan lisannya sampai dia meninggal dunia, maka telah sah Islamnya. Implementasi dari rukun syahadat ini biasanya hanya dikhususkan bagi mukallaf yang kafir dan atau musyrik. Namun terkadang ada sebagian golongan muslim thariqat yang melaksanakan rukun syahadat ini dengan konsep baiat.
Baiat adalah ikrar kesetiaan seseorang kepada sesuatu, sedangkan yang dimaksud disisni adalah ikrar kesetiaan seseorang kepada keyakinannya, yaitu kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini didasarkan pada ayat Al-quran berikut;
إن الذين يبايعونك إنما يبايعون الله (الفتح\48 : 10)
"Bahwa sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu (Muhammad) sesungguhnya mereka hanya berjanji kepada Allah" (Qs. Al-Fath/48:10).
Ayat tersebut mengisyaratkan akan adanya baiat seperti yang dicontohkan pada baiat ridwan dalam perjanjian Hudaibiyah. Sehingga konsep baiat dapat dikategorikan sebagai implementasi dari rukun syahadat, karena konsep baiat tersebut pun pernah terjadi dizaman rasul. Ditinjau dari prakteknya baiat dapat dibedakan kepada lima macam, yaitu:
1. Baiat Islam, yaitu baiatnya seseorang akan keyakinannya kepada ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad saw., yaitu yang dicontohkan oleh Rasulullah pada permulaan Islam dengan baiat masuknya para sahabat kedalam Islam.
2. Baiat Hijrah, yaitu seperti baiat kesetiaannya para sahabat pada keputusan Rasulullah tentang Hijrahnya ke Madinah.
3. Baiat Jihad, yaitu baiat kesetiaannya para sahabat untuk berjihad bersama Rasulullah saw.
4. Baiat Tha'at, yaitu baiat untuk taat kepada pemimpin atau raja. Baiat ini dicontohkan oleh para sahabat dengan baiat kesetiaannya kepada para Khulafa Al-Rasyidin.
5. Baiat Muta'arrifah, yaitu baiat akan keikutsertaan seseorang kepada Ahli Thariqat, yaitu baiat atas dzikir dan fikir.
C. Batalnya Syahadat
Syahadat merupakan pokok ajaran Islam yang meliputi seluruh karakter dari ajaran Islam, sehingga banyak sekali perkara yang dapat membatalkan syahadat. Perkara tersebut terdiri dari keyakinan, perbuatan, ucapan, dan pemikiran yang tidak sesuai dengan keyakinan seorang muslim yaitu ingkar terhadap ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad saw. Perkara yang dapat membatalkan syahadat tersebut terdiri dari;
1. Musyrik, yaitu menganggap suatu makhluk sama dengan Allah dalam segala halnya. Seperti mengucapkan bahwa Allah tidak satu, mempercayai benda-benda seumpama keris sakti, dll.
2. Murtad, banyak ucapan yang menyebabkan kemurtadan.
a. Ragu-ragu terhadap Allah.
b. Mengingkari bahwa dirinya diciptakan oleh Allah.
c. Mengingkari yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
d. Meyakini kenabian setelah Nabi Muhammad saw.
e. Menganggap dan berkeyakinan bahwa agama selain Islam adalah benar.
Apabila seorang muslim telah batal syahadat/Islamnya yang disebabkan oleh hal-hal yang tersebut diatas, maka ia harus segera bertaubat dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, disertai dengan penyesalan dan ikrar untuk tidak mengulangnya kembali.

Interpretasi Syahadat
Di dalam Al-quran terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang ketauhidan dan kerasulan Muhammad, hal ini memberi isyarat kepada manusia bahwa meyakini akan ke-Esa-an Allah dan kerasulan Muhammad adalah wajib. Dan bentuk dari keyakinan tersebut adalah dua kalimat syahadat, sehingga diwajibkan pula mengetahui makna dari syahadat tersebut walau pun hanya secara ijmal. Syahadat tersebut terdiri dari syahadat tauhid dan syahadat rasul, keduanya memiliki makna masing-masing yang saling menguatkan satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut;
A. Syahadat Tauhid
1. Makna Syahadat Tauhid
Makna syahadat tauhid ditinjau dari lafadznya memiliki dua makna yaitu Al-Nafyu dan Al-Itsbat. Al-Nafyu adalah menafikan atau meniadakan semua sesembahan selain Allah, dan Al-Itsbat adalah menetapkan ibadah atau penyembahan hanya kepada Allah yang tiada sekutu baginya.
Sedangkan makna syahadat Tauhid ditinjau dari kandungannya adalah ikrar akan kesaksian seorang muslim pada ketuhanan Allah swt. yang tiada sekutu baginya, hal ini didasarkan pada beberapa ayat Al-quran yang menjelaskan tentang tauhid, diantaranya adalah;
الله لا إله إلا هو الحي القيوم (البقرة\2 : 255)
"Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang Maha Hidup, yang terus menerus mengurus (makhluknya)" (Qs. Al-Baqarah/2:255).
Kalimat thayyibah tersebut mengandung makna bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah walau hanya dalam I'tiqad atau angan-angannya kecuali Allah swt., maka konsekuensi dari syahadat tauhid adalah hanya kepada Allahlah kita beribadah. Sedangkan syahadat tauhid adalah meyakini, mengimani dan membenarkan bahwa hanya Allahlah yang berhak disembah serta mengingkari adanya tuhan selain Allah, baik itu dalam perkataan/ucapan, I'tiqad, maupun praktek penyembahannya.
2. Interpretasi Syahadat Tauhid dalam peribadatan kepada Allah
Interpretasi dari Syahadat tauhid adalah keimanan dan ketauhidan, sehingga interpretasi dari Syahadat Tauhid adalah berupa perbuatan hati yaitu dapat di implementasikan dengan berdzikir sebagai penguat iman.
Syekh Imam Suhaemi menjelaskan bahwa kalimat thayyibah mengandung 12 macam kewajiban, hal ini didasarkan pada jumlah huruf dari kalimat tersebut yang terdiri dari 12 huruf. Kewajiban tersebut dibagi kedalam dua bagian, yaitu pekerjaan dzahir dan pekerjaan bathin. Pekerjaan dzahir tersebut terdiri dari: thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad, sedangkan pekerjaan bathin tersebut terdiri dari: tawakkal, tafwidh, sabar, ridha, zuhud, dan taubat.
Syahadat tauhid merupakan suatu ikrar kesetiaan seorang hamba kepada tuhannya yaitu Allah, sehingga dengan persaksian tersebut mengandung beberapa makna yang harus di implementasikan dalam peribadatan kepada Allah, diantaranya yaitu:
a. Tidak berlindung kepada selain Allah, karena perlindungan itu hanya milik Allah. Seperti yang dipaparkan dalam Al-quran sebagai berikut;
قل أعوذ برب الناس (الناس\114 : 1)
"Katakanlah (Muhammad): Aku berlindung kepada tuhannya manusia" (Qs. Al-Nas/114:1).
b. Mencintai Allah melebihi daripada yang lain.
والذين آمنوا أشد حبا لله (البقرة\2 : 165)
"Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah" (Qs. Al-Baqarah/2:165).
c. Mengabdi dan memohon pertolongan hanya kepada Allah.
إياك نعبد وإياك نستعين (الفاتحة\1 : 5)
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan" (Qs. Al-Fatihah/1:5).



B. Syahadat rasul
1. Makna Syahadat rasul
Makna dari syahadat rasul adalah meyakini, mengimani, dan membenarkan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, beliau adalah nabi terakhir yang tidak ada nabi sesudahnya.
Syahadat rasul ini merupakan interpretasi dari syahadat tauhid, karena hanya Rasulullahlah yang menjadi teladan atas sesuatu yang diperintahkan oleh Allah. Tanpa adanya teladan dari Rasul, maka tidak akan ada manusia yang dapat merealisasikan keimanannya kepada Allah dalam kehidupan dan peribadatannya sehingga keimanan seseorang kepada Allah harus disertai keimanan kepada Rasulullah Muhammad saw., karena apabila hanya iman kepada Allah saja tanpa keyakinan kepada kerasulan Muhammad maka hukumnya sama dengan nasroni atau yahudi.
2. Interpretasi Syahadat rasul dalam peribadatan kepada Allah
Seperti yang dipaparkan diatas bahwa syahadat tauhid mengandung konsep tauhid/aqidah atau ketuhanan Allah swt., sedangkan syahadat rasul mengandung konsep syari'at yaitu bentuk pelaksanaan daripada peribadatan kepada Allah dengan beberapa aturan syara', sehingga interpretasi dari syahadat rasul adalah pelaksanaan syari'at menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi larangan-Nya.
Syahadat rasul merupakan suatu ikrar kesetiaan hamba kepada utusan Allah yaitu Muhammad saw. untuk tetap setia beribadah kepada Allah, sehingga dengan ikrar tersebut mengandung beberapa makna yang harus di implementasikan dalam peribadatan kepada Allah, diantaranya yaitu:
a. Membenarkan setiap yang dikhabarkan Rasul semata-mata hanya berdasarkan firman dari Allah swt..
من يطع الرسول فقد أطاع الله (النساء\4 : 80)
"Barangsiapa mentaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah mentaati Allah" (Qs. Al-Nisa/4:80).
b. Taat pada apa yang diperintahkan, yaitu menjalankan perintah wajib dan sunnah Rasul.
ياأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول (النساء\4 :59)
"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)" (Qs. Al-Nisa/4:59).
c. Menjadikan Rasul sebagai teladan. Keteladanan Rasul tersebut meliputi tiga pelajaran utama, yaitu ketekunannya dalam beribadah, kepeduliannya terhadap permasalahan sosial, dan kehidupannya yang tidak diperbudak oleh hawa nafsu.
لقد كان لكم فى رسول الله أسوة حسنة (الأخزاب\33 : 21)
"Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu" (Qs. Al-Ahzab/33:21).

Implementasi Syahadat
Syahadat merupakan bentuk keimanan yang realisasinya di dalam hati, sehingga untuk melaksanakan/mengamalkan syahadat perlu adanya pemahaman tentang iman terlebih dahulu. Pengertian iman yang disampaikan oleh Siti A'isyah diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa iman perlu di implementasikan kepada tiga kategori yaitu diikrarkan dengan lisan/ucapan, ditekadkan di dalam hati, dan direalisasikan dengan anggota badan. sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi syahadat disandarkan pada tiga kategori tersebut.
Pengamalan/implementasi syahadat haruslah diamalkan secara istiqamah agar pencapaiannya menjadi sempurna, karena setiap hukum syara' yang dibebankan oleh Allah kepada manusia harus diamalkan secara istiqamah seperti halnya shalat. Begitupun dengan syahadat, sebagai pokok ajaran Islam yang terkandung di dalamnya ketauhidan yang harus dipelajari dan disosialisasikan kepada mukallaf perlu adanya pengamalan atau implementasi secara istiqamah pula, implementasi tersebut meliputi:
A. Implementasi syahadat dengan lisan.
Syahadat merupakan kalimat Islam, sehingga tidaklah sah keIslaman seseorang tanpa mengucapkan kalimat tersebut, karena Islam adalah ikrar atas kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Para ulama Muhadditsin, Fuqoha', dan Mutakallimin dari golongan Ahli Sunnah sepakat bahwa orang yang beriman tidak akan kekal dineraka walau pun penuh dengan dosa, karena di dalam hatinya terdapat keyakinan tentang Islam dan mengucapkan syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ikrar/pelafalan syahadat tersebut merupakan salah satu syarat sahnya iman, karena iman adalah membenarkan apa pun yang datang dari Allah dan ikrar atasnya, sehingga perlu adanya pengikraran syahadat sebagai pelaksanaan dari rukun Islam yang pertama ini walau pun ada pendapat yang mengatakan tidak perlunya pelafalan syahadat tersebut karena pada dasarnya keimanan adalah pekerjaan hati.
Sebagai implementasi dari istiqamah syahadat dengan lisan ini, terdapat sebagian golongan Salaf Al-Shalih yang membaca dua kalimat syahadat tersebut setelah shalat, hal ini didasarkan pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah ketika selesai menunaikan shalat beliau membaca syahadat:
Pembacaan syahadat setelah shalat tersebut merupakan pembinaan syahadat atau keimanan di dalam hati dengan metode dzikir. Dzikir merupakan salah satu cara membina keimanan seorang muslim, dan banyak bicara dengan selain dzikir dapat membunuh hati dan melemahkan iman, sedangkan implementasi dari dzikir adalah pengucapan dengan lisan, sehingga sangatlah penting istiqamah dengan mengucapkan syahadat tersebut sebagai pembinaan keimanan melalui implementasi syahadat dengan lisan ini.
Pembacaan kalimat syahadat tersebut memiliki makna taubat (permohonan ampun) kepada Allah atas kelalaiannya dalam menjalankan shalat, baik secara syari'at maupun hakekatnya. Pelaksanaan taubat tersebut haruslah dilaksanakan secara istiqamah, karena segala bentuk dzikir apa pun tidak akan memiliki manfaat yang besar kecuali dengan istiqamah. Dan pembacaan syahadat setiap selesai shalat tersebut merupakan salah satu implementasi dari istiqamah dengan lisan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi syahadat melalui lisan adalah dengan meng-istiqamah-kan berdzikir kepada Allah, baik itu dzikir setelah selesai shalat berupa pembacaan dua kalimat syahadat maupun dzikir-dzikir yang dibaca dalam segala waktu dan kegiatan, sebab hal ini pun telah dicontohkan Rasulullah dengan bermacam-macam doa yang dibaca oleh beliau seperti doa memakai pakaian, sorban, dll. Yang dikutip dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Said bin Malik bin Sannan, hal ini merupakan contoh bahwa segala sesuatu yang dilakukan Rasul selalu disertai dengan dzikir. Karena dengan banyak berdzikir akan membawa manusia pada perubahan yang besar, sehingga menjadi manusia yang layak untuk menghadap pada keridhaan Allah. Kelayakan tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu perkataan dan tutur kata yang baik sehingga diterima oleh masyarakat, tekad hati yang lurus, dan perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan.

B. Implementasi syahadat dengan hati (Janan)
Syahadat merupakan pekerjaan hati yaitu membenarkan apa-apa yang datang dari Nabi saw., sehingga tidaklah sah iman seseorang apabila hanya diucapkan saja, tetapi harus didasarkan pada keyakinan hatinya karena pada dasarnya bahwa iman adalah keyakinan di dalam hati. Sehingga apabila seorang muslim yang ikrar syahadat serta menjalankan perintah wajib dan sunnah tetapi tidak memiliki keyakinan di dalam hatinya, maka ia adalah termasuk orang-orang munafik.
Implementasi dari istiqamah dengan hati ini adalah dimulai dari meluruskan keyakinan sampai dengan pembersihan hati dari segala penyakitnya, sehingga dapat mencapai pada derajat Qalb Salim (hati yang suci). Pembersihan hati ini melalui istiqamah amal shaleh, dzikir dan tafakkur sebagai upaya manusia untuk melawan hawa nafsunya sehingga tertanam dalam hati seorang muslim sebuah keyakinan bahwa tiada tuhan selain Allah (syahadat) sebagai bukti adanya keimanan.
Syahadat tersebut merupakan inti dari keimanan, sedangkan iman dapat diibaratkan dengan lampu, lampu akan menyala dan mati tergantung pada angin yang menerpanya. Begitu pun iman, hidup dan matinya iman tergantung pada ketaatan menjalankan kewajiban dan kekuataan hati melawan godaannya, karena iman akan mati oleh kepatuhannya hati pada bisikan syetan. Bisyikan syetan tersebut diawali dari hati, sehingga diharapkan hati manusia tersebut menjadi tercemar dengan berbagai macam penyakitnya, mudah marah, selalu berprasangka buruk, dan selalu merasa lebih unggul dari yang lain. Inilah tanda awal keberhasilan syetan menghasut manusia.
C. Implementasi syahadat dengan anggota badan (Arkan)
Ketika seorang hamba telah mengucapkan dua kalimat syahadat, maka harus memenuhi segala konsekuensinya, yaitu menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan segala larangan-Nya. Sehingga implementasi syahadat dengan anggota badan ini adalah pelaksanaan amal soleh, karena pelaksanaan amal saleh tersebut berfungsi sebagai pemupuk iman.
Pengertian Iman secara etimologis adalah percaya, namun implementasi dari iman adalah taat. Ketika iman diartikan dengan hanya sebatas percaya, maka iblis pun bisa dikatakan beriman kepada Allah karena iblis jelas-jelas percaya adanya Allah, tetapi iblis tidak taat kepada Allah swt. Sehingga implementasi dari iman adalah taat menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya, karena apabila keimanan seseorang tidak disertai dengan amal sebagai bukti dari keimanannya maka ia dapat dikategorikan sebagai orang fasik.
Dengan demikian implementasi syahadat dengan anggota badan adalah dengan menjalankan fardhu dan sunnah secara istiqamah, karena dengan ketaatan yang istiqamah dalam melaksanakan keduanya akan mendekatkan diri pada Allah sehingga mendapatkan derajat yang tinggi yaitu derajat Ihsan. Dengan demikian dalam menjalankan segala aktivitasnya hendaklah kita berfikir bahwa kita sedang dalam pengawasan Allah, sehingga dalam melaksanakan kegiatannya kita tidak akan berani melakukan penipuan dan kecurangan.

Aktualisasi Syahadat
A. Aktualisasi dalam peribadatan
Ibadah merupakan hakekat manusia diciptakan, sehingga tidak bisa terlepas dari semua aturan yang disampaikan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Ibadah merupakan perbuatan tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya, yang berlawanan dengan hawa nafsunya. Aktualisasi syahadat dalam peribadatan ini meliputi dua kategori yaitu;
1. Shalat
Pelaksanaan shalat dalam Al-quran disebutkan dengan Al-Iqamah, artinya melaksanakan shalat itu harus dengan sempurna dalam syarat, rukun, dan sunnahnya.
Shalat merupakan amal ibadah yang paling utama dari semua bentuk peribadatan karena dengan shalat dapat membimbing manusia pada keshalihan individu dan juga sosial. Hal ini didasarkan pada ayat Al-quran surat Al-Ankabut ayat 45 yang memaparkan bahwa dengan shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan hina dan kemungkaran, dengan kondisi manusia dan masyarakatnya yang demikian maka akan terjalin dan tercipta sebuah masyarakat yang shaleh dan tentram. Keberhasilan dari shalat tersebut tergantung pada kesempurnaannya dalam melaksanakan syarat, rukun, dan sunnahnya. Karena shalat mengandung makna tersendiri dari bentuk pelaksanaannya yaitu:
a. Terdapat nilai kedisiplinan, hal ini dapat kita lihat dari penetapan shalat yang telah jelas ditentukan waktunya sehingga dengan kelima waktu shalat tersebut manusia dibimbing untuk selalu ingat waktu.
b. Terdapat nilai dzikir, karena pada prinsipnya shalat merupakan waktu untuk menghadap dan mengingat Allah seperti yang dipaparkan dalam surat Thaha ayat 14.
c. Terdapat nilai kesopanan dan adab, hal ini didasarkan pada peraturan shalat yang menerapkan tentang keharusan menutup aurat, menutup aurat dizaman sekarang ini merupakan suatu hal yang tabu bahkan menjadi tontonan yang aneh. Disamping nilai kesopanan tersebut terdapat nilai adab terhadap sang pencipta, karena shalat merupakan suatu praktek menghadapnya hamba kepada sang raja yaitu Allah, sehingga untuk menghadap raja haruslah menghias diri. penghiasan diri tersebut dimulai dari menutup urat, dan penutup aurat tersebut pun harus diperhatikan dengan pakaian yang pantas dan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. seperti dengan memakai Imamah (sorban).
2. Puasa
Puasa merupakan praktek dari penguasaan seorang hamba terhadap hawa nafsunya, sehingga ia akan selamat baik didunia maupun diakheratnya, karena pada dasarnya kecelakaan manusia itu diawali oleh kepatuhannya pada hawa nafsunya sehingga mampu meninggalkan semua bentuk peribadatan kepada Allah. Dengan demikian uzlah yang merupakan praktek ibadah para sufi pun termasuk dari konsep puasa.
B. Aktualisasi dalam hubungan sosial
Syahadat mengandung makna ketauhidan/ibadah dan juga makna syariat/sosial. Sehingga disamping diaktualisasikan dalam peribadatan, syahadatpun diaktualisasikan dalam hubungan sosial. Fungsi syahadat dalam hubungan sosial tersebut dapat diaktualisasikan kedalam dua kriteria berikut;
1. Zakat
Zakat merupakan sebuah contoh aktualisasi dalam hubungan sosial, karena implementasi dari zakat adalah kepedulian terhadap oranglain. Dengan demikian pelaksanaan zakat merupakan salah satu yang diwajibkan oleh Allah kepada mukallaf yang telah bersyahadat (bersaksi atas ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad).
2. Haji
Pelaksanaan haji mengandung intisari dari makna keikhlasan dan zuhud, karena pada dasarnya setiap manusia masih terbebani oleh ketamakannya terhadap kenikmatan dunia kecuali orang-orang yang zuhud. Dengan ibadah haji ini dapat diambil suatu pelajaran yang besar bahwa harta yang kita miliki hanyalah milik Allah semata dan akan kembali kepada-Nya.

Keutamaan Syahadat
Syahadat merupakan pokok ajaran Islam berupa konsep yang harus di implementasikan dalam segala bentuk peribadatan, baik secara lisan, keyakinan hati maupun dalam pelaksanaan anggota badan. Hal ini sesuai dengan konsep iman yang disampaikan oleh Siti A'isyah bahwa iman adalah pengucapan dengan lisan yang disertai dengan keyakinan hati dan dilaksanakan dengan anggota badan, sehingga istiqamah syahadat memiliki peran penting dalam pembinaan iman seorang hamba. Sehingga istiqamah syahadat memiliki banyak keutamaan, yaitu terdiri dari;
1. Syahadat sebagai Tajdid Iman (Pembaruan Iman), hal ini didasarkan pada alasan bahwa manusia tidak akan terlepas dari perbuatan atau keyakinan yang bernuansa syirik, sehingga dapat menyebabkan lemahnya/berkurangnya iman seorang hamba. Dengan istiqamah syahadat ini diharapkan dapat memberikan kekuatan iman dalam menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
2. Menghilangkan akar syirik dan keragu-raguan sehingga syahadat berfungsi sebagai penghapus dosa bahkan menghancurkan dosa.
3. Dengan mengistiqamah syahadat sewaktu hidup didunia, maka Allah akan menetapkannya diakhirat seperti yang difirmankan Allah dalam Al-quran surat Ibrahim ayat 27. Penetapan tersebut meliputi tiga keadaan yaitu;
a. Akan ditetapkannya syahadat tersebut ketika datangnya malaikat maut, artinya syahadat tersebut merupakan kalimat terakhir yang disebut ketika dicabut ruh (Naz'i Al-Ruh).
b. Akan ditetapkannya syahadat tersebut ketika dihadapkannya manusia pada pertanyaan malaikat munkar dan malaikat nakir, artinya dengan istiqamah syahadat maka Allah akan menetapkan syahadat tersebut di dalam kubur dan menjadi jawaban bagi pertanyaan kedua malaikat tersebut , sedangkan orang yang di dalam kuburnya bersyahadat dapat dipastikan keselamatannya.
c. Akan ditetapkannya syahadat tersebut ketika dihisab dihari kiyamat, artinya dengan istiqamah syahadat tersebut dapat memberikan syafaat dialam mahsyar.
4. Allah akan memberikan pertolongan bagi orang-orang yang istiqamah bersyahadat berupa kabar gembira, kabar gembira tersebut terdiri dari lima kategori yaitu;
a. Tidak kekal siksanya karena mendapatkan syafaat dari para nabi dan para shalihin
b. Diterima amalnya dan mendapatkan kenikmatan yang abadi
c. Diampuni dosanya dan dijauhkan dari api neraka. Karena syahadat dapat meluruskan hati dan lisan dari perbuatan-perbuatan yang merusak keimanan
d. Ditolong di alam mahsyar dan hisab
e. Ditolong pada saat hari qiyamat (min Ahwali Yaumil Qiyamah).
5. Allah akan memberikan syafaat bagi orang yang beristiqamah syahadat, syafaat tersebut terdiri dari;
a. Syafaat untuk sebagian orang mukmin supaya mereka dimasukkan kedalam surga tanpa hisab.
b. Syafaat untuk memohon ampunan bagi sebagian orang mukmin yang akan dilemparkan kedalam neraka yang disebabkan amal-amal buruknya sewaktu didunia, supaya mereka diselamatkan darinya (dari neraka).
c. Syafaat untuk mengeluarkan sebagian orang mukmin yang telah dilemparkan kedalam neraka.
d. Syafaat bagi orang-orang yang beriman supaya derajat mereka ditinggikan.
e. Syafaat untuk meringankan adzab bagi orang kafir tertentu, seperti syafaat bagi Abu Thalib (paman Nabi).
f. Syafaat untuk lebih semangat menjalankan ibadah.
g. Syafaat untuk meringankan adzab di dalam kubur.






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Syahadat merupakan pokok ajaran Islam yang menjadi batasan atas keafsahan iman seorang mukallaf karena syahadat merupakan pembeda antara muslim dan kafir, kesempurnaan iman tersebut bergantung pada pemahaman dan pengamalan syahadat karena pada dasarnya setiap manusia yang terlahir kedunia ini telah bersyahadat dengan ikrar kesetiaannya kepada Allah sewaktu dialam arwah, namun ikrar tersebut tidaklah cukup sebagai satu-satunya modal manusia menuju keselamatan diakherat kelak karena sesungguhnya yang menentukan manusia Islam dan tidaknya adalah pendidikan yang dijalaninya.
Oleh karena itu sangatlah penting pendidikan syahadat tersebut sebagai penguat keimanan, karena pada prinsipnya syahadat mengandung pengajaran tentang penetapan yang diucapkan dengan lisan, ditekadkan di dalam hati dan di implementasikan dengan anggota badan sebagai konsekuensinya pada kepatuhan bahwa Allah sebagai satu-satunya yang berhak diibadahi sehingga hanya Allahlah yang menjadi tujuan hidup dan menjadikan Muhammad sebagai utusan Allah sehingga menjadikannya sebagai suri tauladan. Dengan demikian syahadat dapat direalisasikan dalam kehidupan melalui bentuk realisasi interaksi manusia dengan tuhannya dan interaksi manusia dengan sesama makhluk khususnya dengan sesama manusia.
Hubungan interaksi manusia dengan tuhannya adalah dengan melakukan bentuk peribadatan sebagai bukti cintanya kepada-Nya dan sebagai upayanya mendapatkan Ridha-Nya, karena pada kenyataannya manusia hidup dan beribadah didunia ini sedang melakukan transaksi jual beli dengan tuhannya yaitu menjual amal shaleh untuk mendapatkan Ridha-Nya. Sedangkan hubungan interaksi manusia dengan manusia tersebut dapat direalisasikan dengan keharmonisan antar sesama.
Hakekat dari syahadat adalah sebagai misi dakwahnya para rasul dan juga sebagai keutamaan dari seorang hamba menghadap tuhannya mengandung beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu:
1. Cinta, hakikat cinta terdiri dari dua kategori yaitu;
a. Cinta Allah kepada hamba-Nya merupakan keinginan-Nya untuk memberikan nikmat kepada hamba sebagai orang yang telah dikhususkan-Nya berupa rahmat-Nya yang diberikan kepada hamba-Nya merupakan bentuk keinginan-Nya untuk memberikan nikmat, dengan demikian dapat didefinisikan bahwa rahmat merupakan keinginan spesial dari Allah untuk memberikan kasih sayang kepada hamba-Nya sedangkan cinta lebih khusus daripada rahmat, karena itu keinginan Allah untuk menyampaikan pahala dan nikmat kepada hamba-Nya disebut rahmat, sedangkan keinginan-Nya untuk mengkhususkan hamba-Nya dengan kedekatan dan kedudukan yang tinggi dinamakan cinta (mahabbah).
b. Cinta hamba kepada Allah merupakan suatu kondisi dari hatinya yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, terkadang kondisi ini bisa membawanya kesuatu tingkat ta'dzim (pengagungan) kepada Allah, lebih senang mencari ridha-Nya, kurang sabar menahan cinta-Nya, tergila-gila kepada-Nya, dan tidak merasa tenang dengan tanpa berdzikir kepada-Nya, dan kecintaan tersebut akan menjadi abadi dengan dzikirnya yang terus menerus (istiqamah) dalam hati. Bentuk istiqamah tersebut meliputi tiga pelaksanaan yaitu;
- Dzikir di dalam hati.
- Pola pikir dzikir.
- Jasad sebagai amal dalam perbuatannya.
2. Ridha, keridhoan ini meliputi;
a. Ridha menjadikan Allah sebagai rabb.
b. Ridha menjadikan Islam sebagai agamanya.
c. Ridha menjadikan Muhammad sebagai rasul dan teladan.

Saran dan Harapan
Syahadat merupakan pokok dari semua ajaran Islam sehingga sangatlah penting untuk dipelajari oleh setiap muslim, namun karya tulis ini tidaklah dapat mewakili pembahasan-pembahasan syahadat karena kandungan dalam karya tulis ini hanya sebuah kutipan kecil yang sama sekali belum mewakili pemaparan mengenai syahadat. Oleh karena itu penulis sangat berharap kepada para pembaca untuk dapat mengkoreksi, memberikan saran, serta menciptakan sebuah karya tulis yang berisikan tentang rahasia syahadat, sehingga penulis dapat mengambil suatu pelajaran yang besar dari hal tersebut.
Akhirnya dengan segala kekurangannya penulis mempersembahkan syukur Alhamdulillah karena dengan taufik, hidayah, dan inayahnya karya tulis ini dapat diselesaikan. Besar harapan penulis karya tulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sebagai pemupuk iman dan bagi para pembaca pada umumnya. Dan semoga karya tulis ini diridhai oleh Allah swt. Amin.
Wa Allah A'lam Bi Al-Shawab














DAFTAR PUSTAKA
Al-Bajuri, Syekh Ibrahim, "Hasyiyah Ala Syarh Syansuriyah", Al-Haramain.
____________________ , "Hasyiyah Al-Bajuri", Dar Ihya Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
Al-Dasuqi, Syekh Muhammad, "Hasyiyah Al-Dasuqi", Toha Putra, Semarang.
Al-Dimasyqi, Imam Nawawi, "Adzkar Al-Nawawi", PT. Dar Ihya Al Kutub Al-Arabiyah.
Al-Fasyni, Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi, "Majalis Al-Saniyah", Maktabah Toha Putra, Semarang.
Al-Ghazali, Imam, "Ihya Ulum Al-Din", Dar Ihya Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
Al-Haddad, Syekh Al-Imam Abdullah Ba'lawi, "Nasha'ih Al-Diniyah", Syirkah Nur Asia.
Al-Hadrami, Sayyid Abdullah, "Safinah Al-Shalat", Syirkah Dar Al-Salam, Indonesia.
Al-Husna, Faydh Allah bin Musa, "Fath Al-Rahman Li Thalib Ayat Al-quran", Al-Haramain, Jiddah.
Al-Jawziyah, Ibnu Qasim, "A'lam Al-Muwaqqi'in", Dar Al-Jil.
Al-Malibary, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin, "Irsyad Al-Ibad", Syirkah Nur Asia.
Al-Nawawi, Syekh, "Tafsir Munir", Dar Ihya Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
Al-Nazili, Sayyid Muhammad Haqy, "Hazinah Al-Asrar", Al-Haramain, Indonesia.
Al-Qusyairiyah Al-Naisabury, Abil Qasim Abdul Karim bin Hawazan, "Risalah Al-Qusyairiyah", Dar Al-Khair.
Al-Rifa'i, Syekh Ahmad, "Hasyiyah Ala Lamiyah Al-Af'al", Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah.
Al-Samarqandi, Syekh Nashar bin Muhammad bin Ibrahim, "Tanbih Al-Ghafilin", Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
Al-Sanusi, Sayyid Muhammad, "Ummu Al-Barahin", Toha Putra, Semarang.
Al-Shawi, Ahmad bin Muhammad, "Tafsir Shawi", Al-Haramain.
Asy-Syaibini, Syekh Ahmad, "Hasyiyah Ala Syarh Al-Sittin", Maktabah Usaha Keluarga, Semarang.
Al-Syakir Al-Khaubari, Usman bin Hasan bin Ahmad, "Durrah Al-Nasihin", Dar Al-Fikr, Libanon
Al-Sya'rani, Sayyid Abdul Wahab "Minah Al-Saniyah", Toha Putra, Semarang.
Al-Sya'rani, Abdul Wahab, "Tanbih Al-Mughtarin", Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
"Al-Ta'rifat Al-Jurjaniyah", (tidak terdapat nama mushannif dan penerbit).
Annawawi Al-Bantani, Syekh Muhammad bin Umar, "Tanqihul Qoulul Hatsits", Maktabah Asy-syarkiyah, Indonesia
_____________ , "Kasyifah Al-Saja" Maktabah Syarkiyah, Indonesia.
_____________ , "Maraqat Su'ud Al-Tasdiq", Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
_____________ , "Tsimar Al-Yaniah", Toko Kitab Utama, Surabaya.
_____________ , "Maraq Al-Ubudiyah", Karya Toha Putra, Semarang.
_____________ , "Marah Labid", Dar Kutub Al-Ilmiyah.
Ba'lawi, Syekh Abdullah bin Husein bin Thahir bin Hasyim, "Sulam Al-Taufiq", Dar Al-Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
Ba-Asyan, Syekh Sa'id bin Muhammad, "Busyra Al-Karim", Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyah, Indonesia.
Ibnu Katsit, Imam, "Tafsir Al-quran Al-adzim", Dar Al-Qalam.
Muhammad Satha, Sayyid, "I'anah Al-Thalibin", Al-Haramain, Indonesia.
Mahmud Syaltut, Imam Akbar, "Islam Aqidah Wa Syari'at", Dar Al-Qalam, 1966.
Adib Bisri, KH., Munawwir A. Fatah, KH., "Kamus Al-Bisri", Pustaka Progressif, 1999.
Departemen Agama, "Al-Quran Al-Karim dan terjemah bahasa indonesia", Penerbit Menara Kudus, Kudus.
Muhammad, Ahsin Sakho, KH., Dr., "Kamus Agama Islam", Annizam, Cirebon.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Tabel Makna dan Implementasi Syahadat.
البصيرة المشاهدة
الإقرار القسم شهادة

شهادة توحيد شهادة رسول
أشهد أن لا إله إلا الله ← علم التوحيد أن محمدا رسول الله ← علم الشريعة
أعلم النفي الإثبات ذات حقيقة
أعتقد
آمن الكفر والعداوة الطاعة والمحبة
أصدق
أبين


شروط أركان إبطال
متوليتين شاهد مشرك
مرتبتين مشهود له مرتد
بالعربية مشهود عليه
فهم معناهما مشهود به فلا تحصل الشهادة إلا بشرط المداومة
صيغة وبلفظ أشهد الإستقامة باللسان المداومة على كلمة الشهادة
الإستقامة بالجنان المداومة على صدق الإرادة
الإستقامة بالنفس المداومة على العبادات والطاعات

2. Daftar Istilah yang terdapat di dalam karya tulis ini.
Aqidah, akar kata dari 'aqada yang artinya mengikat, pokok dari suatu ajaran agama, tentang ketuhanan dan hal-hal yang terkait, aqidah mengikat hati penganut suatu agama sehingga sesama pemeluk mempunyai rasa fanatik keagamaan. Aqidah juga diartikan sebagai keyakinan.
Adzab, siksa, balasan bagi orang yang melanggar perintah Allah dan meninggalkan perintah-Nya.
Baiat, Berjanji setia pada sesuatu.
Dakwah, artinya ajakan, dakwah Islam artinya mengajak orang lain untuk mengikuti ajaran Islam.
Dzikir, menyebut nama Allah berulang-ulang dengan cara tertentu.
Fasik, orang yang keluar dari jalan yang haq serta kesalihan.
Haji, menyengaja mengunjungi ka'bah (baitullah) untuk melakukan amal ibadah haji.
Ibadah, Pengabdian kepada sang pencipta.
Ittishal, akar kata dari washal artinya menyambung, terus menerus.
Interpretasi, penafsiran.
Implementasi, pelaksanaan.
Ihsan, adalah tingkatan iman teratas yaitu beribadah dengan sesungguhnya melihat Allah atau merasa selalu diawasi oleh Allah.
Interaksi, hubungan timbal-balik antar kedua individu.
Istiqamah, berkesinambungan, terus menerus, kontinyu.
Jihad, upaya sungguh-sungguh yang dilakukan seorang muslim untuk menegakkan agama Allah, baik itu dengan berperang maupun Mujahadah Nafsi.
Kafir, orang yang mengingkari agama Allah.
Mukallaf, sudah sampai umur mendapat tuntutan syara' untuk melaksanakan segala kewajiban syara', yakni sudah baligh.
Musyahadah, kehadiran Allah Al-Haq tanpa adanya prasangka dalam hati. Menurut Al-Junaidi musyahadah adalah tampaknya Allah Subhanahu wata'ala ketika alam perasaan sudah tiada.
Munafiq, orang yang keyakinannya hanya dimulut saja tidak sampai kedalam hati.
Muradif, persamaan kata, sinonim.
Musyrik, orang yang menyekutukan Allah.
Murtad, orang yang keluar dari Islam.
Qolb, hati, isi, lubuk hati.
Rabb, Tuhan yang memelihara alam semesta.
Ridha, rela menerima pemberian dari Allah atau dari sesama manusia, tulus dan pasrah kepada Allah.
Riya, pamer amal kebaikan kepada manusia, lawan dari ikhlas.
Syariat, peraturan, perundang-undangan yang ditetapkan oleh Allah.
Shalat, menurut bahasa adalah doa dan menurut istilah adalah ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Syariatnya shalat adalah memenuhi rukun dan syaratnya sedangkan hakekatnya shalat adalah ingat, pasrah, taat, menyembah, dan berinteraksi dengan Allah.
Syafaat, pertolongan yang baik dari seseorang kepada oranglain, sedangkan syafaat dari Allah adalah berupa ampunannya.
Sabar, menerima dengan berpasrah diri kepada Allah.
Taubat, kembali kepada jalan yang benar dengan meninggalkan segala perbuatan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Tawakkal, Berserah diri (mempercayakan diri) pada jaminan pemeliharaan Allah sepenuhnya setelah berikhtiyar.
Tafwidh, menyerahkan diri kepada Allah.
Thaharah, mensucikan badan dari hadats dan najis atau mensucikan suatu barang lain dari najis.
Wahm, menghayal, membayangkan, atau menggambarkan.
Yaqin, percaya dengan sepenuh hati tanpa adanya keraguan. Ilmu yaqin adalah yakin karena adanya dalil, Ainul yaqin adalah yakin karena Musyahadah, sedangkan Haqqul yaqin adalah yakin karena diberikan atau atas kehendak Allah.
Zakat, kadar harta tertentu yang diberikan kepada orang yang berhak.
Zuhud, menjadikan hati tidak terpaku oleh harta dunia walaupun ada di dalam genggamannya, seorang zahid akan lebih mementingkan urusan keakhiratan.
3. Kutipan-kutipan dari kitab aslinya.
1. يطلق الدين لغة على معان كثيرة منها الطاعة والعبادة والجزاء والحساب (كاشفة السجاء 3)
2. (قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إنما الأعمال بالنية وإنما لكل امرئ مانوى) أى جزاؤه إن خيرا فخير وإن شرا فشر فنية المؤمن خير من عمله وإخلاص النية لله تعالى (المجالس السنية ص 5)
3. (وفى الحديث) ألا إن فى الجسد مضغة إذا صلحت صلح سائر الجسد وإذا فسدت فسد سائر الجسد ألا وهي القلب فوجب الإهتمام به وصرف العناية إلى صلاحه وتقويمه (النصائح الدينية ص 8)
4. وتلك اللطيفة هى حقيقة الإنسان (التعريفات الجرجانية ص 156)
5. وقد أجمع السلف على أن الإيمان يزيد وينقص وزيادته بالطاعات ونقصانه بالمعاصى (تنقيح القول الحثيث ص 14)
6. وقال صلى الله عليه وسلم الإيمان فى صدر المؤمن ولا يتم الإيمان إلابتمام الفرائض والسنن ولايفسد الإيمان إلا بجحود الفرائض والسنن (تنقيح القول الحثيث ص 13)
7. فمما يجب علمه واعتقاده مطلقا والنطق به فى الحال (سلم التوفيق ص 4)
8. وهو كذالك وقدم الكلام على الشهادتين لأن بهما حصول الإيمان (المجالس السنية ص 9)
9. وقدم الشهادة لأنها شرط فى صحة ما بعدها (حاشية على شرح الستين ص 12)
10. (تنبيه) جميع العلوم العلمية والعملية تندرج فى الشهادتين اى لااله الاالله محمد رسول الله ولذا كانتا مفتاح الاسلام والجنة ولايرجح بهما فى الميزان شيئ وافضل ماقاله النبيون (بشرى الكريم الجزء الأول ص 5) اهـ وذلك لان جميع الطاعات العلمية والعملية مندرجة فيهما ولايصح من احد الايمان الا بهما (اسعاد الرفيق ص 16)
11. والشهادة لغة التحقق بالبصر أو البصيرة كالمشاهدة (إعانة الطالبين الجزء الأول ص 6)
12. والشهادة إخبار الشخص بحق على غيره بلفظ خاص (تنقيح القول الحثيث ص 13)
13. ولايكفى الإعتراف باللسان فقط كما كان يفعله المنافقون (حاشية على شرح الشنشورى ص 4)
14. وكانت تلك الشهادة هى المفتاح الذى يدخل به الإنسان فى الإسلام وتجرى عليه أحكامه. فالشهادة بوحدانية الله تتضمن كمال العقيدة فى الله من جهتى الربوبية (الخلق والتربية) والألوهية (العبادة). والشهادة برسالة محمد تتضمن التصديق بكمال العقيدة فى الملائكة والكتب والرسل واليوم الآخر وأصول الشريعة والأحكام (الإسلام عقيدة وشريعة ص 20)
15. وأن المراد بالشهادة هنا الإيمان (حاشية الدسوقى ص 10)
16. عن عائشة رضي الله عنها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الإيمان بالله الإقرار باللسان وتصديق بالقلب وعمل بالأركان (خزينة الأسرار ص 183)
17. إشارة إلى أنهاشهادة معتد بها لمطابقة اعترافه بلسانه لما قام بقلبه من الإعتقاد لأن الشهادة لايعتد بها إذا كانت غير مطابقة لما فى القلب من الإعتقاد (حاشية الدسوقى ص 10)
18. وبه النجاة فى الدارين (المجالس السنية ص 9)
19. يعنى أن العبد يكون عالما بالتوحيد بالإستدلال بالآثار (الرسالة القشيرية ص 63)
20. (إعلم) ان اول مايلزم المكلف تعلم الشهادتين ومعناهما وجزم اعتقاده ثم تعلم ظواهر علم التوحيد وصفات الله تعالى (إرشاد العباد ص 8)
21. قال أبو إسحق الأسفراينى جمع أهل الحق جميع ما قيل فى التوحيد فى كلمتين (المجالس السنية ص 9)
22. ومعنى أشهد أن لاإله إلاالله أن تعلم وتعتقد وتؤمن وتصدق (سلم التوفيق ص 4)
23. بأن يقول أشهد أن لاإله إلاالله أشهد أن محمدا رسول الله ومعنى أشهد أعلم وأبين (إرشاد العباد ص 3)
24. وأثبت الرسالة للرسول الذى أرسله إليه (مرقاة صعود التصديق 7)
25. كما قال الصبان والشهادة إخبار عن الإعتراف القلبي أو اللسانى (حاشية على لامية الأفعال ص 5)
26. واصطلاحا قول صادر عن علم بمشاهدة بصر أو بصيرة (إعانة الطالبين الجزء الأول ص 6)
27. المشاهدة تطلق على رؤية الأشياء بدلايل التوحيد وتطلق بإزاء رؤية الحق فى الأشياء وتطلق بإزاء حقيقة اليقين من غير شك (التعريفات الجرجانية ص 239)
28. قال التاج السبكى الإسلام عمل الجوارح ولايعتبر إلا مع الإيمان والإيمان تصديق القلب ولايعتبر إلا مع التلفظ بالشهادتين (إرشاد العباد ص 3)
29. ويشترط أن يأتي بهما متواليتين مرتبتين وأن ينطق بهما بالعربية للقادر عليها مع معرفة معناهما (مرقاة صعود التصديق 4) اهـ لا إتيان لفظ أشهد فالأظهار الإكتفاء بلاإله إلاالله محمد رسول الله وهو مقتضى كلام الروضة لكن الذى اعتمده بعض المتأخرين اشتراطه وهو مقتضى كلام العباب فعليه لو قال أعلم أو أسقطهما فقال لاإله إلاالله محمد رسول الله لم يكن مسلما ولبعض أئمتنا رأى ثالث وهو اشتراط أشهد أو مرادفها كأعلم فينبغى لكل من يسلم الإحتياط بأن يقول أشهد أن لاإله إلاالله وأشهد أن محمدا رسول الله (إرشاد العباد ص 3)
30. كما قال فى التلخيص وأما الوصل فلدفع التوهم (حاشية على لامية الأفعال ص 5)
31. وقد نص العلماء على أنه لاينتفع الشخص بالنطق بهاتين الجملتين الشريفتين إلا إذا فهم معناهما ولو إجمالا (الثمار اليانعة ص 8)
32. وأركانها خمسة شاهد ومشهود له ومشهود عليه ومشهود به وصيغة. فالشاهد المسلم والمشهود له هو الله سبحانه وتعالى وسيدنا محمد صلى الله عليه وسلم والمشهود عليه المشرك بالله والمنكر لرسالة سيدنا محمد والمشهود به ثبوت الالوهية والوحدنية لله سبحانه وتعالى وثبوت الرسالة لسيدنا محمد صلى الله عليه وسلم والصيغة هي لفظ اشهد وترجمته لاغير (تنقيح القول الحثيث ص 13)
33. ذهب جمهور المحققين إلى أولهما وعليه من صدق بقلبه ولم يقر بلسانه مع تمكنه من الإقرار فهو مؤمن عند الله (المجالس السنية ص 13)
34. إعلم أن نفس البيعة ثبت بالقران وأحاديث حبيب الرحمن صلى الله عليه وسلم قال الله تعالى إن الذين يبايعونك إنما يبايعون الله. الأية. وأماالأحاديث النبوية فكقول الصحابة نحن الذين بايعوا محمدا على الجهاد ابقينا أبدا وغيرها من الأحاديث المروية في هذا الباب في الصحاح الست وهوعلى خمسة افسام أحدها البيعة على الإسلام وثانيها على الهجرة والثالث على الجهاد وهذه الثلاثة وقعت بين النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه والرابعة البيعة على الإطاعة الأمير والسلطان وهده البيعة وقعت بين الصحابة كبيعتهم مع الخلفاء الراشدين وبين من بعدهم من أئمة المسلمين والخامسة البيعة المتعارفة بين أهل الطريقة من الشيوخ وهى البيعة على الذكر والفكر والتوثيف على الأوامر واجتناب المناهي وهذه مما جرت عادة الصالحين من زمن السلف إلى يومنا هذا (حبل المتين ص 8) اهـ عن أبى الأسود أنه رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم فتح مكة يجلس عند قرن (أعلى الجبل) فيبايع الناس على الإسلام والشهادة (يقول محمد بن الأسود) قلت وما الشهادة قال يبايعهم على الإيمان بالله وشهادة أن لاإله إلاالله وأن محمدا عبده ورسوله (التفكير ص 191) اهـ وعن إبن عمر رضي الله عنهما عن النبي عليه الصلاة والسلام قال من خلع يدا من طاعة لقي الله يوم القيامة ولاحجة له ومن مات وليس فى عنقه بيعة مات ميتة جاهلية – رواه مسلم – (التفكير ص 196)
35. يجب على كل مسلم حفظ إسلامه وصونه عما يفسده ويبطله ويقطعه وهو الردة (سلم التوفيق ص 9)
36. والقصد بهذا الجملة الرد على من يعتقد الشركة (كاشفة السجا ص 14)
37. يجب على من وقعت منه ردة العود فورا إلى الإسلام بالنطق بالشهادتين والإقلاع عما وقعت به الردة ويجب عليه الندم على ما صدر منه والعزم على أن يعود لمثله (سلم التوفيق ص 14)
38. المنفي فى لاإله إلاالله المعبود بحق فى اعتقاد عابد نحو الأصنام والشمس والقمر وذلك أن المعبود يباطل له وجود فى نفسه فى الخارج ووجود فى ذهن المؤمن بوصف كونه باطلا ووجود فى ذهن الكافر بوصف كونه حقا (كاشفة السجا ص 14)
39. وقال بعضهم أن كلمة لاإله إلاالله اثنا عشر حرفا فلاجرم أى فلابد أنه وجب بها اثنتا عشرة فريضة ستة ظاهرة وستة باطنة أما الظاهرة فالطهارة والصلاة والزكاة والصوم والحج والجهاد وأما الباطنة فالتوكل والتفويض والصبر والرضا والزهد والتوبة (كاشفة السجا ص 14)
40. واعلم أن التوحيد متى كتب أو ذكر يقدر فيه محمد رسول الله اكتفاء بذكره لشهرة وجوب مقارنته وإلا اشترك توحيدنا بتوحيد اليهود والنصارى ولم يتميز إلا بمحمد رسول الله (الثمار اليانعة ص 8)
41. وإن أردت ياأخى أن تعلم نفاسة هذه الميزان وكمال علم ذائقها (شهادة) بالشريعة عن آيات وأخبار وآثار وأقوال (الميزان الكبرى الجزء الأول ص 6)
42. فإن الشهادة تتضمن كلام الشاهد وخبره وتتضمن إعلامه وإخباره وبيانه (شرح الطحاوية ص 31)
43. وقد اتفق أهل السنة من المحدثين والفقهاء والمتكلمين على أن المؤمن الذى يحكم بأنه من أهل القبلة ولايخلد فى النار لايكون إلامن اعتقد بقلبه دين الإسلام اعتقادا جازما خاليا من الشك ونطق بشهادة أن لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله (المجالس السنية ص 17)
44. ثم ينبغى له أن يكثر من ذكرها بعد أداء الواجب (أم البراهين ص 225)
45. عن انس رضى الله عنه , قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا قضى صلاته مسح جبهته بيده اليمنى , ثم قال : اشهد ان لا اله الا الله الرحمن الرحيم , اللهم اذهب عنى الهم والحزن (الأذكار النووية ص 60)
46. وقولهم لى مرادنا الوصول إلى مقام مطابقة القلب للسان فى صحة اعتقاد (الميزان الكبرى الجزء الأول ص 6)
47. قال عليه الصلاة والسلام لاتكثروا الكلام بغير ذكر الله فإن كثرة الكلام بغير ذكر الله تورث قسوة القلوب وإن أبعد الناس من الله القلب القاسى (درة الناصحين ص 169)
48. أن يكون الذكر لايكون إلاباللسان (حاشية الباجورى على ابن قاسم الغزى الجزء الأول ص 12)
49. وقال بعض أهل الحق الاستقامة على ثلاثة أضرب استقامة باللسان واستقامة بالجنان واستقامة بالنفس فالاستقامة باللسان المداومة على كلمة الشهادة والاستقامة بالجنان المداومة على صدق الإرادة والاستقامة بالنفس المداومة على العبادات والطاعات (درة الناصحين ص 210)
50. أول الوصية عليك أيها الأخ بالاستقامة فى التوبة (المنح السنية ص 2)
51. فلاتحصل هذه الفوائد إلا بشرط المداومة عليها –صلوة منفرجة- (خزينة الأسرار ص 182)
52. عن سعيد بن مالك بن سنان أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذالبس ثوبا قميصا أو رداء أو عمامة يقول اللهم إنى أسألك من خيره وخير ماهو له وأعوذ بك من شره وشر ماهو له (مراقى العبودية ص 11)
53. وقال صلى الله عليه وسلم ركعتان بعمامة خير من سبعين ركعة بلا عمامة رواه الديلمى عن جابر قال المناوى لأن الصلاة حضرة الملك والدخول إلى حضرة الملك بغير تجمل خلاف الأدب (تنقيح القول الحثيث ص 23)
54. فاعلم أن الإيمان هو تصديق بما جاء به محمد صلى الله عليه وسلم من عند الله أى تصديق النبى صلى الله عليه وسلم بالقلب فى جميع ما علم بالضرورة مجيئه به من عند الله إجمالا (خزينة الأسرار ص 184)
55. وقيل من شهد وعمل واعتقد فهو مخلص ومن شهد وعمل ولم يعتقد فهو منافق ومن شهد واعتقد ولم يعمل فهو فاسق ومن أخل بالشهادتين فهو كافر (خزينة الأسرار ص 183)
56. يوم لاينفع مال ولابنون إلامن أتى الله بقلب سليم فاحرص كل الحرص رحمك الله على أن تأتي ربك بالقلب السليم من الشرك والنفاق والبدعة ومنكرات الأخلاق مثل الكبر والرياء والحسد والغش للمسلمين وأشباه ذلك (نصائح الدينية ص 8) اهـ ويجب ايضا تعلم دواء امراض القلب كالحسد والرياء والعجب والكبر واعتقاد ماورد به الكتاب والسنة (إرشاد العباد ص 8)
57. وقال صلى الله عليه وسلم إن أبدال أمتى لايدخلون الجنة بكثرة صلاة ولاصيام بل بسلامة الصدور وسخاوة النفوس والرحمة بكل مسلم (نصائح الدينية ص 10)
58. (فى القبر) خصه بالذكر لأنه بعد سؤاله لا يفتنون فى التوحيد وإنما يكون حسابهم فى الموقف على فروع الدين (تفسير الصاوى الجزء الثانى ص 353)
59. (يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت) أى الذى يثبت بالحجة عندهم وتمكن فى قلوبهم وهو شهادة أن لاإله إلاالله (مراح لبيد الجزء الأول ص 570)
60. فالإيمان يشبه السراج وامتثال الأوامر والنواهى يشبه المحافظة كجعله فى فانوس ووسواس الشيطان (خزينة الأسرار ص 184)
61. وإنما يزيد الإيمان بالمداومة على الأعمال الصالحة ( النصائح الدينية ص 9) اهـ وكان مالك بن دينار يقول من لم يجلس الحق تعالى والنبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنه فقد خابت عزلته فقيل له كيف ذلك قال يدرس القرآن بتدبر وينظر فى أفعال رسول الله وأقواله وأفعاله اصحابه رضي الله عنهم وأقوالهم (تنبيه المغترين ص 102)
62. والحاصل أن من اجتهد بالتقرب إلى الله تعالى بالفرائض ثم بالنوافل قربه الله تعالى إليه ورقاه من درجات الإيمان إلى درجة الإحسان (مراقى البعبودية ص 9)
63. عن ابى هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم جددوا إيمانكم قيل وكيف نجدد إيماننا يا رسول الله قال فأكثروا من قول لاإله إلاالله (إرشاد العباد ص 3) اهـ جددوا الإسلام بالشهادتين أى لا إله إلا الله محمد رسول الله ولذا كانتا مفتاحي الإسلام والجنة ويرجح بهما فى الميزان وأفضل ما قاله النبيون (بشرى الكريم جزء الاول ص 6)
64. من قال لااله الاالله محمد رسول الله مرة غفر له ذنوبه وان كانت مثل زبد البحر (تنقيح القول الحثيث ص 10) اهـ عن انس بن مالك رضي الله تعالى عنه قال قال رسول الله ص م ما من أحد يشهد أن لاإاله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله صدقا من قلبه إلا حرمه الله على النار (خزينة الاسرار 188) اهـ وقال صلى الله عليه وسلم يا أباهريرة لقن الموتى شهادة أن لاإله إلااله فإنها تهدم الذنوب هدما فلت يارسول الله هذا للموتى وكيف للأحياء قال صلى الله عليه وسلم هي أهدم واهدم (إحياء علوم الدين الجزء الأول ص 299)
65. يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت فى الحياة الدنيا ويكون التثبيت فى ثلاثة أحوال أحدها فى حال معاينة ملك الموت والثانى فى حال سؤال منكر ونكير والثالث فى حال سؤاله عند المحاسبة يوم القيامة (تنبيه الغافلين ص 14)
66. قال النبي صلى الله عليه وسلم من كان آخر كلامه لاإله إلاالله دخل الجنة وقال صلى الله عليه وسلم من مات وهو يعلم أن لاإله إلاالله دخل الجنة ..... وكذا له أن يكتفي أيضا فى جواب الملكين الكريمين فى القبر مجرد هذه الكلمة المشرفة (أم البراهين ص 224)
67. قال ابن عباس من داوم على الشهادة فى الحياة الدنيا يثبته الله عليها فى قبره ويلفنه إياها (التفسير المنير الجزء الأول ص 436)
68. (يومئذ لاتنفع الشفاعة إلا من أذن له الرحمن ورضي له قولا) أى يوم إذ ينبعون الداعى لاتنفع الشفاعة أحدا من الخلق إلاشحصا أذن لأجله فى أن يُشفع له وقبل منه قولا واحدا من أقواله وهو شهادة أن لاإله إلاالله بأن مات على الإسلام وإن عمل السيئات وهذه الآية من أقوى الدلائل على ثبوت الشفاعة فى حق الفساق وهي نافعة لهم (مراح لبيد الجزء الثانى ص 39) اهـ فإنه تعالى يشفع فيمن قال لاإله إلاالله وأثبت الرسالة للرسول الذى أرسله إليه ولو لم يعمل خيرا قط (مرقاة صعود التصديق ص 7) اهـ فأشفع لمن كان فى قلبه مثقال شعيرة أو ذرة من الإيمان يعنى من اليقين مع شهادة أن لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله (تنبيه الغافلين ص 19)
69. (إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا) على شهادة أن لاإله إلاالله (تفسير ابن كثير الجزء الرابع ص 89)
70. ثم استقاموا تتنزل عليهم عند الموت الملائكة بالبشارة أن لاتخافوا ولاتخزنوا يعنى يقولون لهم لاتخافوا مابين أيديكم من أمر الدنيا وأبشروا بالجنة التى كنتم توعدون يعنى الجنة التى وعدكم الله بما على لسان نبيكم ويقال البشارة عند الموت خمسة أوجه أولها لعامة المؤمنين يقال لهم لاتخافوا تأييد العذاب يعنى لاتبقون فى العذاب أبدلو يشفع لكم الأنبياء والصالحون ولاتخزنوا على فوت العذاب وأبشروا بالجنة يعنى مرجعكم إلى الجنة والثانى للمخلصين يقال لهم لاتخافوا رد أعمالكم فإن أعمالكم مقبولة ولاتخزنوا على فوت الثواب فإن لكم الثواب مضاعفة ولاتخزنوا على مافعلتم بعد التوبة والثالث التائبين يقال لهم لاتخافوا من ذنوبكم فإنها مغفورة لكم ولاتخزنوا على فوت الثواب بعد التوبة والرابع للزهاد لاتخافوا الحشر والحساب ولاتخزنوا من نقصان الأضعاف وأبشروا بالجنة بلاحساب ولاعذاب والخامس للعلماء الذين يعملون الناس الخير وعملوا بالعلم يقال لهم لاتخافوا من أهوال يوم القيامة ولاتخزنوا فإنه يخزيكم بما فعلتم وأبشروا بالجنة لكم ومن اقتدى بكم (تنبيه الغافلين ص 11)
71. وفى رواية سندها حسن عز الاسلام وقواعد الدين ثلاث عليهن اسس الاسلام ومن ترك واحدة منهن فهو بها كافر حلال الدم شهادة ان لااله الاالله والصلاة المكتوبة وصوم رمضان (ارشاد العباد ص 12) اهـ عن ابن عمر رضي الله عنهما ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة فإذا فعلوا ذلك عصموا منى دماءهم وأموالهم إلابحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى – رواه البخارى ومسلم - (المجالس السنية ص 28)
72. العبادة هو فعل المكلف على خلاف هوى نفسه تعظيما لربه. العبودية الوفاء بالعهود وحفظ الحدود والرضا بالموجود والصبر على المفقود. (التعريفات الجرجانية ص 127)
73. كما أخرجه الشيخان وغيرهما عن أبى هريرة ذكر ذلك السحيمى وتسمى المقام المحمود لأنه يحمده عليها الأولون والآخرون ومن شفاعته صلى الله عليه وسلم شفاعته فى دخول جماعة الجنة بغير حساب بل يقومون من قبورهم لقصورهم وهذه مختصة به صلى الله عليه وسلم أيضا ومنها شفاعته صلى الله عليه وسلم فى جماعة استحقوا النار فلايدخلونها بل يدخلون الجنة وكذلك هذه مختصة به صلى الله عليه وسلم ومنها شفاعته صلى الله عليه وسلم فى جماعة دخول النار فيخرجون منها وهذه غير مختصة به صلى الله عليه وسلم بل تكون لغيره أيضا من العلماء والأولياء والملائكة والأنبياء ومنها شفاعته صلى الله عليه وسلم فى رفع درجات أناس فى الجنة ومنها شفاعته صلى الله عليه وسلم فى تخفيف العذاب عن بعض الكافرين كعمه أبى طالب على القول بأن الله لم يحيه للإيمان به صلى الله عليه وسلم والذى يحب آل بيت النبى ومنها شفاعته فى جماعة من صلحاء أمته لتجاوز عنهم على تقصيرهم فى الطاعات ومنها شفاعته فى أطفال المشركين أن لايعذبوا ذكره عبد السلام ومنها شفاعته فى التخفيف من عذاب من فى القبرين اللذين مر بهما النبي صلى الله عليه وسلم (مرقات صعود التصديق ص 7-8)
74. فصح عنه صلى الله عليه وسلم أنه سئل عن رؤية المؤمنين ربهم تبارك وتعالى فقال هل تضارون فى رؤية الشمس صحوا فى الظهيرة ليس دونها سحاب قالوا لا فقال هل تضارون فى رؤية القمر ليلة البدر صحوا ليس دونه سحاب قالوا لا قال فأنكم ترونه كذلك – متفق عليه – (أعلام الموقعين ص 266)
75. أن العبادة إما قولية وهي الشهادة أو غير قولية وهي إما ترك وهو الصوم أو فعل وهو إما بدنى وهو الصلاة أو مالي وهو الزكاة أو مركب منهما وهو الحج فإن قيل لم لم يذكر مع الخمس الجهاد فالجواب أنه لم يكن فرض أو كان فرضه فرض كفاية بخلاف الخمس فإنها فرائض أعيان فهذه أركان الإسلام (المجالس السنية ص 17)
76. (تتمة) إنما يحصل إسلام كل كافر أصلي أو مرتد بالتلفظ بالشهادتين من الناطق فلا يكفى مابقلبه من الإيمان (فتح المعين بهامش إعانة الطالبين الجزء الرابع ص 139-140) ورجع إليه الرملى آخرا فلا يكفى إبدال لفظ أشهد بغيره (إعانة الطالبين الجزء الرابع ص 141)
77. (واعلم) أن القليل الدائم خير من الكثير المنقطع (النصائح الدينية ص 31)
78. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم بني الإسلام على خمس شهادة ان لاإله إلاالله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان (النصائح الدينية ص 41)
79. قال العلماء رحمهم الله أفضل الذكر ما كان بالقلب واللسان جميعا وذكر القلب على انفراده أفضل من ذكر اللسان على انفراده انتهى (قلت) ومعنى ذكر القلب أن تكون صورة الذكر الجارى على اللسان حاضرة فيه وجارية عليه مثل ما إذا قال الذاكر بلسانه لاإله إلاالله يكون كذلك قائلا لها بقلبه (النصائح الدينية ص 49)
80. وإنما المراد أن لايكون فى قلبك شيئ منهم فإن من اعتزل منهم فى بيته ولم يسد باب الخلق من قلبه فهو لم يعتزل منهم فإذا أغلق باب بينك فأغلق باب قلبك فاشتغل بذكر خالقك أى ذكر من الأذكار وأعلاها هو قولك الله الله الله لاتزيد عليه شيئا (خزينة الأسرار ص 191)
81. لحديث ابن حبان من لزم الإستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجا ومن كل هم فرجا ورزقه من حيث لايحتسب (المنح السنية ص 14-15) وفى الحديث أنه كان صلى الله عليه وسلم يستغفر الله تعالى عقب كل مكتوبة ثلاث مرات.اهـ فعلم أنه ينبغى للعبد أن يكثر من الإستغفار ليلا ونهارا سواء تذكر ذنوبا معينة أو لم يتذكر (المنح السنية ص 15)
82. ولايصل أحد إلى الله تعالى إلابدوام الذكر اهـ. (و) اعلم أنه (لايصل أحد إلى الحضرة) الإلهية (إلا به) أى بالذكر (المنح السنية ص 18)

3 komentar:

  1. MANTAP,..................
    KANG ATEP,....KENAPA GA BIKIN SITUS RESMI AJA KAYA SITUS NU DLL X,....

    BalasHapus
  2. situs resmi asy-syahadatin udah ada.

    BalasHapus

Terimakasih telah mengunjungi blog ini, saran dan kritik yang membangun, masih kami tunggu ... :) :)

daleev khan. Diberdayakan oleh Blogger.